Tulisan ini merupakan potret dari sudut pandang
pribadi saya sebagai orang tua mengenai Profil Pelajar Pancasila yang tengah
marak dipraktikkan dan disosialisasikan penerapannya. Berbagai program praktik
baik Profil Pelajar Pancasila yang diselenggarakan oleh sekolah tentunya
diharapkan dapat dirasakan hasilnya atau dampaknya tidak hanya untuk sekolah
dan jangka pendek, namun untuk semua kalangan dan khususnya untuk anak-anak
kita generasi penerus bangsa di jangka panjang ke depan.
Profil Pelajar Pancasila memiliki enam elemen yaitu: berakhlak mulia, berkebinekaan global,
mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. Keenam elemen ini
dilihat sebagai satu kesatuan yang saling mendukung dan berkesinambungan satu
sama lain. Karakter pada elemen profil pelajar Pancasila dapat
dibentuk melalui pembiasaan, keteladanan dan terporgram. Dalam mewujudkan
karakter melalui pembiasaan dan terprogram pada Profil Pelajar Pancasila, salah
satunya adalah dengan sekolah inklusi, di mana sekolah formal memiliki salah
satu atau beberapa peserta didik atau siswa disabilitas. Banyak kebaikan atau
manfaat yang didapat melalui sekolah inklusi ini, baik bagi guru, siswa-siswa
yang normal, siswa yang disabilitas, dan orang tua. Di antara kebaikan tersebut
yaitu dapat menumbuhkan empati, peduli, bersyukur, dan memberikan wawasan bagi
masyarakat, baik yang di dalam sekolah maupun yang di luar sekolah.
Salah satu sekolah swasta (SMA Islam Terpadu) di
Kota Banjarbaru yaitu SMA IT Qardhan Hasana memiliki seorang siswa tuna daksa
yang mana kedua kakinya tumbuh tidak sempurna. Istilah tunadaksa berasal dari
kata “tuna” dan “daksa”. Tuna yang berarti rusak atau cacat, dan daksa yang
berarti tubuh. Definisi tunadaksa menurut Sutjihati Somantri adalah suatu keadaan yang terganggu atau rusak sebagai
akibat dari gangguan bentuk atau hambatan pada otot, sendi dan tulang dalam
fungsinya yang normal. Kondisi ini bisa disebabkan oleh kecelakaan, penyakit
atau juga bisa disebabkan karena pembawaan sejak lahir.
Kehadiran siswa tunadaksa yang kedua kakinya
tumbuh tidak sempurna di sekolah tersebut memupuk akhlak mulia pada siswa lain
yang memiliki tubuh sempurna. Siswa tunadaksa tersebut tidak diabaikan oleh
teman-teman sekelasnya. Setiap hari, khususnya menjelang waktu sholat dhuhur
dan sholat ashar, anak tersebut memiliki dua teman yang peduli dan siap
membantu dia untuk melaksanakan sholat di masjid sekolah tersebut. Dua teman
anak itu selalu membantu membawa anak tersebut ke masjid sekolah. Teman yang
satu menaikkan teman yang tuna daksa ke punggung teman yang sudah siap jongkok
untuk menggendong teman yang tunadaksa tersebut naik undakan /tangga masjid di
lantai dua untuk melakukan sholat berjamaah. (lantai satu masjid adalah aula
sekolah). Mereka bergantian membantu teman yang kurang beruntung tersebut.
Bagi saya pribadi sebagai orang tua, kehadiran
siswa tunadaksa tersebut mengajarkan banyak hal kepada teman-teman lainnya yang
normal tanpa banyak memberi ceramah atau teladan, menumbuhkan rasa syukur tanpa
harus mengejek keadaan teman yang kurang beruntung, menumbuhkan empati dan
peduli, dan menumbuhkan rasa gotong royong dalam membantu teman yang tunadaksa
melalui hal kecil seperti membantu ke masjid yang dilakukan secara rutin yang
akhirnya menjadi pembiasaan yang baik dan menjadi karakter pada siswa-siswa di
sekolah tersebut.
Keberadaan siswa tunadaksa tersebut menumbuhkan dua
Profil Pelajar Pancasila yaitu akhlak
mulia dan gotong royong dari teman-teman lainnya yang normal.
Dari elemen kunci akhlak mulia
yaitu:
Akhlak pribadi: Menyadari bahwa menjaga dan merawat diri penting
dilakukan bersamaan dengan menjaga dan merawat orang lain dan lingkungan
sekitarnya, Akhlak kepada manusia: Mengutamakan persamaan dan
kemanusiaan di atas perbedaan serta menghargai perbedaan yang ada dengan orang
lain.
Dari elemen kunci gotong royong yaitu:
Kolaborasi: bekerja bersama dengan orang lain disertai
perasaan senang ketika berada bersama dengan orang lain dan menunjukkan sikap
positif terhadap orang lain. (Dua teman yang selalu siap membantu teman yang
tuan daksa: teman yang satu menaikkan teman yang tuna daksa ke punggung teman
lainnya yang sudah siap berjongkok menggendong, yang satu menggendong teman
yang tuna daksa tersebut dari naik tangga masjid ke lantai dua masjid sekolah).
Kepedulian: memperhatikan dan bertindak proaktif terhadap kondisi
atau keadaan di lingkungan fisik sosial.
Melalui potret tanpa gambar atau foto pada tulisan mengenai Profil
Pelajar Pancasila di SMA IT Qardhan Hasana di Kota Banjarbaru ini diharapkan
membuka wawasan sekolah lain untuk mau menerima siswa yang berkebutuhan khusus
di sekolah mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar