Tampilkan postingan dengan label Coretanku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Coretanku. Tampilkan semua postingan

Minggu, 03 Februari 2013

Pemberdayaan Perempuan Melalui Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skill) Usaha Anyaman

Salah satu Model-model yang dikembangkan oleh BPKB PNFI Provinsi Kalimantan Selatan yang bekerjasama dengan BPPNFI Regional VI Kalimantan sekarang menjadi BP-PAUDNI Regional IV Banjarbaru adalah Pemberdayaan Perempuan Melalui Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skill) Usaha Anyaman.

Sasaran Model ini adalah ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja.Sedangkan kami memilih usaha anyaman karena banyaknya permintaan di pasaran mengenai hasil usaha anyaman, baik berbahan dasar purun (sejenis rumput yang banyak ditemukan di daerah Kalimantan Selatan dan sekitarnya) dan juga berbahan dasar tali milion.

Ujicoba Model ini memiliki 30 peserta pelatihan anyaman yang semua ibu rumah tangga yang tidak memiliki keterampilan apa-apa sebelumnya dan tidak memiliki pekerjaan. Waktu pembelajaran dua kali dalam seminggu. Narasumber pelatihan anyaman ini adalah PSP3 (Pemuda Sarjana Pelopor Pembangunan di Perdesaan) yang memiliki keahlian dalam menganyam.

Alhamdulillah, untuk hasil produk anyaman ini kami tidak menemui kendala, bahkan dalam pemasaran pun sudah ada yang menampung hasil anyaman karya ibu-ibu rumah tangga ini.

Semoga kegiatan ini tetap berjalan dan dapat membantu meningkatkan kualitas kehidupan khususnya bagi ibu-ibu rumah tangga peserta pelatihan. Dan semoga mereka menularkan kemampuan dan semangat mereka dalam meningkatkan taraf hidup mereka kepada teman-teman, atau tetangga mereka dan sekitarnya.



(Ibu-ibu peserta pelatihan sedang menganyam dengan bahan dasar tali milion)







(Salah satu tim pengembang model sedang mempraktekkan cara menganyam dengan bahan dasar rumput purun)




(Produk hasil anyaman bahan dasar rumput purun).

(Produk hasil anyaman bahan dasar tali milion)













Minggu, 22 Juli 2012

Bulan Ramadhan Masa Kecilku


Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah buatku. Banyak kenangan indah tak terlupa terjadi di bulan Ramadhan, baik sewaktu masa kecilku hingga aku dewasa dan berkeluarga.
Anak keduaku, perempuan, lahir di bulan Ramadhan empat tahun lalu. Wajahnya, hidungnya, mirip sekali dengan aku, kami beri dia nama Shazfa, yang artinya mawar, (kebetulan aku melahirkan dia di rumah sakit bersalin Mawar yang ada di kota kami). Bila aku melihat Shazfa, seolah membuka lembaran masa kecilku.
Di masa kecilku dulu, sehari menjelang Ramadhan, adalah kebiasaan Jawa yaitu Megengan. Di mana Emak (panggilan Ibuku) memasak masakan yang enak, panggang tumpeng, sambal goreng kentang, kare ayam, apam, dan bikang yang kemudian makanan tadi disusun di rantang dan di antar ke tetangga terdekat di lingkungan RT kami. Aku bertugas mengantar makanan tersebut. Riang hatiku melaksanakan perintah Emak, karena biasanya sepulang mengantar makanan tadi, aku mendapat 'sangu' dari para tetangga. Rumah kami pun juga diantari makanan Megengan. Waaahh, jadi banyak makanan di rumah. Hmm, menjelang puasa saja sudah mendapat berkah. Syukur alhamdulillah.
Di akhir bulan puasa juga ada tradisi menghantar makanan lagi. Aku bertugas mengantar makanan. Kakak-kakakku tidak ada yang mau melakukan tugas tersebut karena malu, udah besar disanguin bila mengantar makanan.
Tarawih, ibadah yang hanya dilakukan di bulan Ramadhan pun menjadi sesuatu yang spesial buatku. Setelah shalat maghrib, aku sudah mengkavling tempat duluan di Langgar dengan menaruh sajadah dan mukena di tempat yang aku mau, biasanya di paling depan namun dekat pintu, karena supaya mudah keluar dan banyak angin sehingga tidak sumuk atau panas saat melakukan shalat tarawih. Adakalanya "kavlingan"ku dipindah orang saat aku datang ke Langgar, ya akhirnya mengalah saja, cari tempat paling belakang yang juga dapat banyak angin. Setelah tarawih, dilanjutkan dengan tadarus di Langgar. Menyenangkan sekali, selain memperlancar bacaan Al-Qur'an dan saling menyimak bacaan teman, di Langgar disediakan tajilan (makanan dan minuman) buat yang bertadarus. Asyik rasanya makan bersama teman-teman di Langgar setelah tadarus.
Tapi, saat aku sudah berkeluarga, aku tidak melakukan budaya Megengan, karena aku tinggal di pulau yang berbeda. Tidak ada tradisi Megengan di Banjarbaru. Adakalanya aku sering kangen dengan baunya apam Megengan.
Yang terpenting sekarang, tugasku dan suamiku, mendidik anak-anakku untuk menjadi anak-anak yang mengerti agama dan menjadi anak-anak yang semoga menjadi anak-anak sholeh-sholehah bermanfaat dunia akherat. Aamiin.


Selasa, 29 Mei 2012

Salah satu keprihatinanku


Rabu minggu lalu, 23 Mei 2012, ada pemandangan yang jarang saya temukan yang menarik perhatian saya saat saya tengah melaksanakan tugas kedinasan memonitoring kegiatan program keaksaraan fungsional di kelurahan Landasan Ulin Tengah, Kecamatan Landasan Ulin, kota Banjarbaru. Yang mengalihkan perhatian saya adalah kegiatan kedua anak laki-laki  yang tengah bermain lumpur di selokan yang lembab. Mereka membuat saya keluar meninggalkan ruangan dan mendekati mereka, salah satu dari mereka membawa jala kecil. Saya penasaran apa yang tengah dilakukan kedua bocah tersebut. 
"Lagi ngapain? Main lumpur ya?" tanya saya. 
"Lagi nangkap ikan," jawab salah satu anak dengan acuh tak acuh.
"Ikan apa?" tanya saya lagi dengan penasaran, karena selokan itu hanya berlumpur basah tidak ada air.
"Ikan haruan" jawab anak itu lagi, tetap acuh tak acuh. 
"Kalian disuruh ibu kalian untuk menangkap ikan itu?" tanya saya lagi.
"Tidak," jawab anak itu singkat. Rupanya pertanyaan saya mengganggu keasyikan mereka.
Setelah berhasil menangkap seekor ikan, mereka langsung pergi meninggalkan saya. Padahal saya masih ingin ngobrol dengan mereka. 
Saya memandangi mereka yang kelihatan senang sekali dengan hasil tangkapannya. Mereka mengingatkan masa kecil saya dulu yang tomboy yang biasa main lumpur dan mandi di air dieselan (pengairan) di sawah, menangkap kepik-kepik di sawah. Di tengah zaman modern ini, masih ada anak yang bermain lumpur, menangkap ikan. Saya pikir anak-anak itu beruntung mendapatkan pengalaman bermain seperti itu.
Beda sekali dengan anak-anak lingkungan komplek di mana saya tinggal, yang biasa bermain PS (Play Station), game on line, dan permainan-permainan modern, yang cenderung membuat anak asyik sendiri dengan permainannya di depan layar komputer dan kurang bergaul dengan teman sebaya. Saya pikir, anak-anak yang menangkap ikan tadi masih beruntung, masih bisa menikmati alam, bermain dengan alam, dekat dengan alam.
Terus terang saya prihatin dengan permainan anak-anak jaman sekarang yang sudah sangat jauh berbeda dengan permainan masa kecil saya dulu, karena sudah beda jaman, dan tekhnologi yang maju pesat.
Kewajiban bagi orang tua, termasuk saya, memonitoring jenis permainan anak-anak kita, yang tidak ketinggalan jaman namun juga tidak meninggalkan atau menjauhkan mereka dari alam sekitar mereka. Supaya mereka lebih perduli dengan alam lingkungan sekitar, perduli sesama, dan perduli pada diri sendiri. Bagaimana menurut pendapat anda?

Selasa, 03 April 2012

Program Pendidikan Kecakapan Hidup BPKB PNFI Kalsel



Senin, 2 April 2012, mengawali lembaran di bulan April ini adalah menyelenggarakan peresmian kegiatan Program Pendidikan Kecakapan Hidup  untuk tahun 2012. Kegiatan ini adalah salah satu kegiatan di mana saya bekerja, yaitu BPKB PNFI Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan.

Program Pendidikan Kecakapan Hidup di tahun ini berfokus pada Pelatihan Pembuatan Aneka Produk Minuman Herbal Khas Kalimantan Selatan dengan bahan dasar sarang semut, jahe merah, pasak bumi, kunyit, gula pasir dan gula merah. Adapun peserta pelatihan program ini terdiri dari 20 ibu rumah tangga. Pelaksanaan program kegiatan pelatihan dilakukan dalam waktu 6  bulan dengan  beberapa tahapan, antara lain :

a.       Memberikan penyuluhan guna membuka wawasan warga belajar untuk berwirausaha, menimbulkan kepercayaan diri, menumbuhkan etos kerja dan motifasi wirausaha, sistem pemasaran dan managemen bisnis.
b.      Memberikan sosialisasi tentang jenis tumbuhan herbal khas Kalimantan Selatan serta khasiatnya.
c.       Memberikan pelatihan produksi dalam bidang:
1) Pembuatan aneka minuman instan
2) Pembuatan sirup herbal
3) Pembuatan permen herbal
4) Pemasaran
d.      Memberikan pendampingan berkelanjutan pada kegiatan produksi dan pemasaran setelah kegiatan pelatihan tersebut berakhir agar memberi kesempatan kepada warga belajar untuk mendapatkan bimbingan dan pemantauan sehingga warga belajar dapat membentuk unit produksi dari kegiatan yang dilakukan pada point b tersebut. 
e.       Melakukan pemantauan dan evaluasi, mulai dari awal, pertengahan dan akhir pelaksanan program.


Kegiatan pembelajaran dari program ini dilaksanakan di rumah salah satu warga di lingkungan di mana para peserta pelatihan direkrut. Diharapkan melalui program ini dapat mengurangi jumlah pengangguran, meningkatkan pendapatan rumah tangga, dan berpotensi untuk dijadikan industri rumah tangga yang menguntungkan. Dalam melaksanakan program ini kami dibantu oleh dua dosen dari Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat sebagai narasumber. 

Mudah-mudahan program ini bisa berjalan lancar hingga selesai,  sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Dan semoga program ini bermanfaat bagi para peserta pelatihan, dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, dan hasil atau produk dari pelatihan ini bisa bermanfaat bagi masyarakat luas. Aamiin.

(Keterangan foto: Bapak Kepala BPKB PNFI Pemprov. Kalsel, kami (saya dan tim Model Program Pendidikan Kecakapan Hidup BPKB PNFI), nara sumber dari Universitas Lambung Mangkurat beserta beberapa ibu-ibu peserta pelatihan program tersebut).

Selasa, 27 Maret 2012

Terbakar Aku

Dalam gelapnya sepi
Kulihat cahaya kecil menari
Kudatangi cahaya itu
Sekedar menghalau pilu
Ternyata cahaya itu api
Sangat indah walau panas menyengat
Semakin kudekati
Semakin kuat api itu menarikku
Hingga aku terjerembab
Dan terbakarlah aku

(26 Maret 2012)

Sabtu, 17 Maret 2012

Janji Pelangi



Desau sang bayu membisiki
Kan terlihat selarik pelangi
Di langit indah berseri

Kupastikan diri ini
Dapatkan tempat tertinggi
Tuk nikmati indahnya warna pelangi

Namun tiba-tiba sang bayu datang lagi
Menyampaikan pesan dari sang pelangi
Bahwa dia urung muncul di purnama ini

Dia kan datang satu purnama lagi
Saat semua warnanya utuh kembali
Dalam satu selendang harmoni

Wahai lazuardi biru
Jagalah pelangi itu
Dari jahilnya waktu

Banjarbaru, Medio Maret 2012 

Senin, 12 Maret 2012

Semoga Belum Terlambat


Hasrat menyelinap di relung hati
Pedih perih menyayat
Semakin erat hasrat itu memenuhi relung hati
Semakin sadar bahwa diri ini tiada memiliki

Dapat kunikmati indahnya mentari di ufuk timur
Kunikmati pula anggunnya lazuardi di ufuk barat
Namun tak satupun mereka milikku
Walau mereka ada dalam dekapanku

Tersadar diri ini
Betapa hasrat itu membuatku terhempas
Betapa selendang pelangi itu semu
Betapa semua itu fatamorgana

Kutemukan hakiki hasrat itu
Harusnya hanya menuju ke jalan yang satu
Jalan yang lurus yang tak pernah pudar
Oleh pendar-pendar fatamorgana

Setelah Badai Berlalu


Badai telah berlalu

Meninggalkan luka sembilu

Memerlukan waktu menyembuhkan luka itu

Namun harus tetap tegar melangkah maju


Selendang pelangi datang menyapa

Menawarkan berbagai warna yang mempesona

Namun aku tahu semua itu fatamorgana

Aku harus tetap tegar dengan yang satu


Terima kasih Allah yang hidupku di tangan-Mu

Yang selalu ingin diingat olehku

Melalui sapaan kecil maupun teguran-Mu

Maafkan aku yang terkadang lengah dalam mengingat-Mu

Ketika


Ketika yang benar menjadi salah

dan salah menjadi benar

garisannya tampak buram

pandangan tak lagi tajam

pikiran tak lagi jernih

semua nampak ruwet

semua menjadi semrawut



Ketika di atas jalan berkelok

perlu waktu untuk kembali

perlu pengertian untuk memahami

perlu kedewasaan untuk menerima



Kuharap kau tetap di sana

di jalan di mana kita bertemu

dan yakiniku

Setegar aku menunggumu

sekukuh aku meyakinimu

saat kau jatuh di lorong gelap berliku

Sabtu, 10 Maret 2012

Kunjunganku ke Tresna Werdha (Panti Jompo)


Kunjungan saya ke panti jompo atau tresna werda yang ada di salah satu kota Banjarbaru ini adalah kunjungan dinas luar pertama saya untuk tahun ini.
Tujuan kami (saya dan rekan kerja atas nama instansi di mana saya bekerja) mendatangi panti tersebut adalah untuk memberikan pembelajaran baca tulis al-qur’an bagi para penghuni panti yang beragama islam dan belum bisa baca tulis al-qur’an.
Setelah acara seremonial, kami melanjutkan kunjungan kami berikutnya di bulan berikutnya, untuk memonitor kegiatan tersebut.
Sewaktu saya dan rekan kerja memasuki kawasan panti jompo ini menuju Langgar di mana kegiatan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an bagi warga panti jompo ini, kami melewati jalan di mana kanan kiri jalan terdapat wisma yang seperti rumah kecil yang masing-masing rumah atau wisma tersebut terdiri dari beberapa kamar. Lingkungan komplek wisma tersebut sangat asri. Setiap wisma ada namanya yang ditempel di atas pintu wisma.
Ketika kami sampai di depan wisma kedua di deretan wisma-wisma tersebut, tiba-tiba bapak tua yang sedang duduk di depan wisma berdiri dan memberi  hormat kepada kami seolah kami adalah komandan atau atasannya. Kami membalas hormat bapak tua itu dengan tersenyum dan mengangguk. Tetapi bapak tua itu kelihatan marah dan mengomel dengan suara yang tidak jelas, jadi saya balas dengan mengangkat tangan membalas hormat bapak tua tersebut, tetap sambil tersenyum. Dalam hati saya berfikir mungkin bapak tua ini dulu adalah seorang pejuang yang hidup di masa penjajahan Jepang.
Dari 135 penghuni di panti tersebut, ada 28  orang dewasa yang belum bisa baca tulis al-qur’an. Dan dari 135 penghuni panti tersebut ada 10 orang yang mengalami gangguan jiwa, termasuk bapak tua yang memberi hormat kepada kami tadi.
Saya sangat kagum dengan semangat para peserta kegiatan pembelajaran ini yang notabene mereka adalah orang dewasa di usia senja namun masih mau belajar, sekaligus saya juga trenyuh dengan keadaan para penghuni panti jompo tersebut. Berulang kali terngiang pertanyaan di hati saya kemanakah anak atau sanak saudara mereka? Mengapa mereka menghabiskan sisa waktu hidupnya di panti jompo ini? Apa yang telah mereka lakukan di masa lalu sehingga mereka berada dip anti jompo ini? Bagaimana cara mereka mendidik putra-putri mereka sehingga mereka ada di panti ini? Bagaimana hubungan mereka dengan saudara-saudara mereka? Dan banyak lagi pertanyaan yang menyeruak di pikiran saya.
Karena waktu kami sedikit maka saya hanya sempat bertanya kepada tutor yang mengajar di panti tersebut. Padahal saya ingin mengobrol dengan salah satu atau beberapa bapak dan ibu yang usianya sudah lanjut yang menjadi peserta dalam pembelajaran baca tulis Qur’an tersebut.
Kata tutor tersebut bahwa mereka bisa ada di panti tersebut kebanyakan “dikirim’ oleh sanak saudara mereka. Kebanyakan dari mereka adalah dari luar kota Banjarbaru, dan kebanyakan mereka sebenarnya termasuk orang yang mampu. Terkadang mereka dikunjungi pihak keluarga sebulan sekali.
Saya masih belum puas dengan informasi yang saya dapat. Tetapi karena keterbatasan waktu jadi terpaksa saya harus menyimpan semua pertanyaan saya untuk bulan berikutnya, mudah-mudahan lebih banyak waktu yang saya punyai dari bulan kemarin.
Namun satu hal yang saya dapat dari kunjungan saya ini adalah betapa pentingnya keluarga, betapa pentingnya menjaga keutuhan keluarga, komunikasi, rasa sayang dan saling mengasihi ,  menanamkan sifat-sifat kasih sayang, perduli dan empati kepada anak-anak kami, juga pada diri pribadi saya dan suami.


Banjarbaru, awal Maret 2012. (Foto diatas adalah salah satu foto kegiatan pembelajaran baca tulis Qur'an di panti jompo yang saya kunjungi)

Jumat, 10 Februari 2012

Edelweis

Bunga itu tumbuh liar diantara ilalang
Bunga itu tumbuh subur tersiram hujan dan dipupuk oleh alam
Bunga itu ada pemiliknya
Semoga pemiliknya sempat memindahkan bunga itu
di tempat yang semestinya ia berada
Di sela perjalannya menempuh waktu.

Banjarbaru, Februari 2012


(Gambar bunga edelweis diambil dari http://1.bp.blogspot.com/)

Minggu, 22 Januari 2012

Semangatku

Matahariku,
Tetap anggun kau di sana
Berhias cahaya kencana
Takkan sanggup ku merengkuhmu
Dari singgasana di angkasa
Namun aku butuh hangat sinarmu
Dalam melewati hari
Aku butuh cahayamu
Dalam meniti jalanku
Bersinarlah lagi esok hari
Kunantikan hangat sinarmu di sini

                               Banjarbaru, 23 Januari 2012

Rabu, 04 Januari 2012

KOPI PERTAMAKU


Kopi adalah minuman favoritku. Ada pengalaman berhargaku dengan kopi dan almarhum Emak, panggilan sayang ibuku.
Sejak aku duduk di kelas 6 sekolah dasar aku mulai menyukai rasa kopi. Namun aku tidak pernah membuat kopi untuk aku sendiri. Berawal dari kebiasaanku “menyruput” kopi bapakku yang disediakan di cangkir khusus oleh Emak. Kopi yang diseduh oleh Emak baunya sangat harum sehingga selalu membuatku tergoda untuk merasakannya. Aku selalu mendekati Emak apabila beliau menyeduh kopi untuk bapakku.
“Enak ya, Mak?’ tanyaku.
“Iya,” jawab Emak singkat.
“Boleh gak aku minta sedikit?” tanyaku.
‘Hush, jangan, ini kopi Bapak. Kamu gak boleh clintisan minum kopi Bapak,” larang beliau.
Semakin dilarang, aku semakin penasaran. Jadi aku selalu mencuri kesempatan hanya untuk merasakan kopi Bapak. Apabila Bapak atau Emak tidak ada di sekitar meja di mana Emak biasa menaruh cangkir kopi Bapak, dengan cepat aku selalu “menyruput” kopi Bapak.
Tapi lama-lama rupanya ulahku ini diketahui oleh Emak, karenaBapakku sering tanya, “lho, kopiku kok berkurang? Siapa ni yang minum?”
Emak diam saja, karena anaknya banyak, aku lima bersaudara, sehingga Emak tidak langsung menuduh anak-anaknya begitu saja.
Keesokan harinya, seperti biasa, aku celingukan dulu, memastikan tidak ada Bapak atau Emak atau saudaraku yang lain di ruangan di mana cangkir kopi Bapak berada. Kulihat cangkir Bapak, masih ada setengah cangkir kopi yang tersisa. Langsung kuambil cangkir itu, kuminum kopi itu, tetapi ,’bahhhhh’ pahit sekali kopi Bapak hari ini. Langsung aku semprotkan kopi pahit itu dari mulutku. Dan tiba-tiba Emak sudah berdiri dibelakangku. Wah,ketangkap basah aku.
‘Mak, kok tumben emak menyediakan kopi pahit buat Bapak?, tanyaku seolah aku tidak bersalah.
“Kopi itu Emak buat khusus buat anak yang suka menyruput kopi Bapak tanpa izin,’ jawab Emak, tanpa ada ekspresi marah di wajahnya. Aku jadi malu, namun merasa nyaman karena tidak dimarahi Emak. Emak memang orang yang paling sabar di dunia ini. Aku beruntung memiliki Emak seperti beliau.
Sejak saat itu, aku tidak menyruput kopi Bapak lagi diam-diam. Aku menunggu kepulangan Bapak dari sekolah di mana Bapakku mengajar, lalu jika masih ada kopi tersisa aku minta izin Bapak untuk minta barang seteguk. Dan Bapak selalu mengizinkannya. Ah, indahnya pelajaran yang kuambil dari kopi ini. Terima kasih Emak atas kasih sayangmu, teladanmu, cara mendidik aku dengan kesabaranmu dan semua yang Emak berikan padaku. Anakmu sekarang teramat merindukanmu.

Sabtu, 24 Desember 2011

Bougenville I

Bougenvile itu...
Tumbuh layu
Warnanya kian kusam karena panas dan debu
Tak pernah tersirami air
Tak pernah di pupuk
Hanya cemoohan yang menyiraminya tiap hari
Cemooh tentang warna bougenvile itu
Cemooh tentang duri-duri di batang bougenvile itu
Cemooh tentang kering dan kotornya dedaunan bougenvile itu
Bougenvile itu kian layu dan pudar warnanya
Dedaunannya makin kering dan rontok
Tak ada pilihan baginya
Selain jalani hidup yang harus dia lalui
Sampai batas waktu yang tak pernah dia ketahui


14 Mei 2011

Rabu, 21 Desember 2011

Bougenville II


Bougenville,
Kutatap warna indahmu
Kuikuti liuk lekukmu
Kunikmati irama gelayutmu

Bougenville,
Kau miliki hangatnya surya
Kau punyai cahaya rembulan
Kau rengkuh mereka dalam irama gemulaimu

Bougenville,
Saat sang bayu menerpamu
Gemulaimu menggejolak
Liuk gelayutmu tak lagi seirama

Bougenville,
Kau tahu sang bayu yang menghembusmu
Kadang menyapamu dengan belaian lembutnya
Kadang menerpamu dengan amukan amarahnya

Bougenville,
Kuatlah!!
Kau tahu ini tak kan selamanya
Kau tahu semua ini akan berlalu

Sabtu, 17 Desember 2011

Kebekuan Hati



Sepenggal cerita pahit  tertinggal di memory
Sebuah duri terlalu dalam menancap di hati
Sedangkan maaf tiada pernah terucap
Sehingga gunung es itu semakin membeku

Teriknya sang surya tak mampu mencairkan
Cahaya mata dewa tak mampu menembus
Keras membeku…
Gelap gulita…
Dan selalu tersirami dengan lara dan sakit hati

Entah sampai kapan semua ini berakhir
Perlahan namun pasti
Semuanya akan menjadi beku dan mati
Yang tertinggal hanyalah guratan kebekuan

Selasa, 21 Desember 2010

SELAMAT HARI IBU

Tentu kita masih ingat lagu sewaktu kita masih di taman kanak-kanak dulu: kasih ibu, kepada beta, tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi, tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia....".
Ya, cinta ibu terhadap anaknya adalah cinta yang tulus yang tidak mengharapkan balasan.
Cinta ibu tulus menyayangi anak-anaknya tanpa syarat.

Hanya memberi, tak harap kembali...
Betapa tulusnya kasih ibu.
Saya mempunyai pengalaman pribadi tentang kasih ibu. (Sekarang ibu saya sudah kembali ke rahmatullah, ya Allah, ampuni segala dosa ibu saya, dan tempatkan beliau di tempat terindah dan istimewa di sisi-Mu).
Ibu saya adalah orang yang sabar, seorang ibu yang sabar. Beliau tidak pernah marah atau meneriaki anak senakal apapun anak-anaknya. Saya anak ke lima dari enam bersaudara. Betapa repotnya ibu saya di rumah mengurusi enam anak. Bapak saya seorang guru, beliau sangat disiplin, sehingga tidak segan-segan menghukum kami jika kami membuat kesalahan. Sangat jauh beda dengan ibu saya. Jika kami membuat kesalahan (baca: kenakalan anak-anak) maka beliau hanya berkata, "ya Allah, gusti anak agung".
Saya masih ingat sewaktu saya masih di TK. Bapak saya pulang dari sekolah (tempat mengajar) membawa sekarung beras. Beras itu beliau taruh di tempat biasa, yaitu di dapur. Saya yang waktu itu masih TK melihat karung beras yang penuh isinya, mengundang saya untuk bermain-main dengan beras itu. Lalu saya buka karung beras itu, saya hamburkan beras itu ke atas sambil bersorak "hujan beras, hujan beras". Beras terhambur di mana-mana. Tidak lama ibu saya datang, beliau hanya bilang, "ya Allah.. gusti anak agung..." sambil mengumpulkan beras-beras yang terhambur di lantai. Beliau sama sekali tidak marah.
Sangat jauh berbeda dengan saya, mungkin jika saya di posisi ibu saya saat itu saya pasti marah dan menghukum anak. Namun ibu saya tidak pernah menghukum saya. Beliau sangat sabar...
Emak... aku sangat sayang padamu.
Robbirhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo
“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” [Al Israa’:24]
Robbanaghfir lii wa lii waalidayya wa lilmu’miniina yawma yaquumul hisaab
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” [Ibrahim:41]
Jadikanlah setiap hari menjadi hari Ibu.

Sabtu, 04 September 2010

Mungkin begitulah kita


Akhir-akhir ini banyak sekali pemberitaan di televisi yang membuat saya gerah. Tentang koruptor yang diampuni (sehingga tidak menimbulkan efek jera bagi koruptor lain), tentang DPR yang mau difasilitasi kolam renang dan spa, tentang memanasnya hubungan negara kita dengan negara tetangga..., bencana alam, kriminalitas, dan banyak lagi.
Ada blog-blog asal negeri jiran yang khusus menghina bangsa kita. Ada juga aksi langsung dari negeri jiran di perbatasan negara kita.
Kita memang dilecehkan, dihina, dibodoh-bodohkan, dijadikan olok-olok dan ditertawakan. Tapi coba tengok diri kita sendiri. Kenapa kita dilecehkan dan dihina? Dan kenapa kita begitu emosi bila dihina oleh negara tetangga? Harusnya pelecehan dan hinaan ini juga sarana bagi kita untuk lebih introspeksi diri. Merenungi diri. Belajar memahami diri dan memperbaiki diri. Mengapa? Sebegitu terpuruknyakah kita?
Harusnya kita bangkit. Belajar dari pengalaman, memperbaiki kualitas dan citra bangsa kita, dan melayakkan diri kita untuk jadi bangsa yang benar-benar "dihargai" oleh bangsa lain. Tidak hanya demo dan marah-marah. Apalagi ini bulan ramadan, bulan penuh rahmah, berkah dan ampunan. Bulan di mana kesabaran kita sebagai negara muslim diuji.
Tapi mengapa?