Senin, 25 Januari 2010

Jeruk santang....



Kisah ini bukan menceritakan tentang asal-usul jeruk santang atau tentang apa-apa yang mengenai jeruk santang.
Yang akan saya tulis disini adalah cerita dari seorang teman yang curhat ke saya kemaren.
Dan menurut saya kisah ini bagus juga saya bagi disini, sekedar berbagi, dan semoga ada manfaatnya.
Temen saya ini lagi hamil, sama dengan saya.
Dia lagi kepengen dibelikan jeruk santang sama suaminya.
Katanya sudah tiga hari dia kepingin jeruk santang tetapi suaminya belum sempat membelikannya karena kesibukan sang suami. Dia mencoba maklum dengan kesibukan suami walau air liurnya sudah tidak tahan lagi merasakan segar dan manisnya jeruk santang.
Selama tiga hari itu pula ia menyandarkan harapan ke suaminya untuk membelikan jeruk itu.
Lalu dia tersadar...., betapa salahnya bila dia hanya mengharapkan suaminya akan membelikan jeruk itu, karena suaminya selalu bilang dia sibuk sehingga tidak bisa mampir hanya untuk membeli jeruk. Mungkin suaminya itu tidak pernah paham bagaimana rasanya bila orang hamil kepingin sesuatu alias nyidam. Dia juga tidak bisa keluar ke pasar atau supermarket untuk membeli jeruk itu sendiri karena tidak mungkin baginya membawa kedua anak-anaknya berbelanja sedangkan dia sendiri juga sedang ngidam, tidak mampu jalan keluar karena rasa mual yang berkepanjangan.
(sebagai sesama teman dan sesama perempuan, geram juga mendengar cerita teman saya itu, geram ama suaminya.)
Kemudian, tepat disaat dia menyadari kesalahannya bahwa dia telah salah jika hanya menyandarkan harapan kepada suaminya, atau sesama manusia, lalu dia istighfar, minta maaf pada Allah.
Sudah seharusnya dia tidak terlalu mengharap sesuatu pada sesama manusia, walau itu suaminya. Karena hanya ada kecewa bila kita menyandarkan harapan pada sesama.
Setelah menyadari kesalahannya, dia banyak beristighfar.
Alhamdulillah, tidak lama ada teman dekatnya datang menjenguk dia.... dan apa yang dibawa temannya? JERUK SANTANG.
Dia yakin tidak ada kata "njilalah" atau kebetulan. Semua diatur oleh Yang Maha Pengatur.
Itulah kisah jeruk santang dari teman saya.