Selasa, 10 April 2012

Syair Penjual Kacang


oleh Emha Ainun Nadjib

Al-Habib , seorang yang dikasihi oleh banyak orang dan senantiasa didambakan kemuliaan hatinya, malam itu mengimami sholat isya suatu jamaah yang terdiri dari para pejabat negara dan pemuka masyarakat. Berbeda dengan adatnya, sesudah tahiyyat akhir diakhiri dengan salam, Al-Habib langsung membalikan tubuhnya, menghadapkan wajahnya kepada para jamaah dan menyorotkan matanya tajam-tajam.
“Salah seorang dari kalian keluarlah sejenak dari ruang ini, ” katanya, “Di halaman depan sedang berdiri seorang penjual kacang godok. Keluarkan sebagian dari uang kalian, belilah barang beberapa bungkus.”
Beberapa orang langsung berdiri dan berlari keluar, dan kembali ke ruangan beberapa saat kemudian. “Makanlah kalian semua,” lanjut Al-Habib, “Makanlah biji-biji kacang itu, yang diciptakan oleh Alloh dengan kemuliaan , yang dijual oleh kemuliaan dan dibeli oleh kemuliaan.”
Para jamaah tak begitu memahami kata-kata Al-habib,sehingga sambil menguliti dan memakan kacang, wajah mereka tampak kosong.
“Setiap penerimaan dan pengeluaran uang,” kata Al-Habib, “hendaklah dipertimbangkan berdasarkan nilai kemuliaan. Bagaimana mencari uang, bagaimana sifat proses datangnya uang ke saku kalian, untuk apa dan kepada siapa uang itu dibelanjakan atau diberikan, akan menjadi ibadah yang tinggi derajatnya apabila diberangkatkan dari perhitungan untuk memperoleh kemuliaan.”
“Tetapi ya Habib,” seorang bertanya, “apa hubungan antara kita beli kacang malam ini dengan kemuliaan?”
Al-habib menjawab, “Penjual kacang itu bekerja sampai larut malam atau bahkan sampai menjelang pagi.Ia menyusuri jalanan, menembus gang-gang kota dan kampung-kampung. Di malam hari pada umumnya orang tidur, tetapi penjual kacang itu amat yakin bahwa Alloh membagi rejeki bahkan kepada seekor nyamuk pun. Itu taqwa namanya. Berbeda dari sebagian kalian yang sering tak yakin akan kemurahan Alloh, sehingga cemas dan untuk menghilangkan kecemasan hidupnya ia lantas melakukan korupsi, menjilat atasan serta bersedia melakukan dosa apa pun saja asal mendatangkan uang.”
Suasana menjadi hening. Para jamaah menundukkan kepala dalam-dalam. Dan Al-Habib meneruskan, “Istri dan anak penjual kacang itu menunggu di rumah, menunggu dua atau tiga ribu rupiah hasil kerja semalaman. Mereka ikhlas dalam keadaan itu. Penjual kacang itu tidak mencuri atau memperoleh uang secara jalan pintas lainnya. Kalau ia punya situasi mental mencuri, tidaklah ia akan tahan berjam-jam berjualan.”
“Punyakah kalian ketahanan mental setinggi itu?” Al-Habib bertanya, “Lebih muliakah kalian dibanding penjual kacang itu, atau ia lebih mulia dari kalian? Lebih rendahkah derajat penjual kacang itu dibanding kalian, atau di mata Alloh ia lebih tinggi maqom-nya dari kalian? Kalau demikian, kenapa dihati kalian selalu ada perasaan dan anggapan bahwa seorang penjual kacang adalah orang rendah dan orang kecil?”
Dan ketika akhirnya Al-Habib mengatakan, “Mahamulia Alloh yang menciptakan kacang, sangat mulia si penjual kacang itu dalam pekerjaannya, serta mulia pulalah kalian yang membeli kacang berdasar makrifat terhadap kemuliaan….”. Salah seorang berteriak, melompat dan memeluk tubuh Al -Habib erat-erat.
***

 Emha Ainun Nadjib
Seribu masjid Satu jumlahnya
Tahajjud cinta seorang hamba
Penerbit Mizan 1995




Selasa, 03 April 2012

Program Pendidikan Kecakapan Hidup BPKB PNFI Kalsel



Senin, 2 April 2012, mengawali lembaran di bulan April ini adalah menyelenggarakan peresmian kegiatan Program Pendidikan Kecakapan Hidup  untuk tahun 2012. Kegiatan ini adalah salah satu kegiatan di mana saya bekerja, yaitu BPKB PNFI Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan.

Program Pendidikan Kecakapan Hidup di tahun ini berfokus pada Pelatihan Pembuatan Aneka Produk Minuman Herbal Khas Kalimantan Selatan dengan bahan dasar sarang semut, jahe merah, pasak bumi, kunyit, gula pasir dan gula merah. Adapun peserta pelatihan program ini terdiri dari 20 ibu rumah tangga. Pelaksanaan program kegiatan pelatihan dilakukan dalam waktu 6  bulan dengan  beberapa tahapan, antara lain :

a.       Memberikan penyuluhan guna membuka wawasan warga belajar untuk berwirausaha, menimbulkan kepercayaan diri, menumbuhkan etos kerja dan motifasi wirausaha, sistem pemasaran dan managemen bisnis.
b.      Memberikan sosialisasi tentang jenis tumbuhan herbal khas Kalimantan Selatan serta khasiatnya.
c.       Memberikan pelatihan produksi dalam bidang:
1) Pembuatan aneka minuman instan
2) Pembuatan sirup herbal
3) Pembuatan permen herbal
4) Pemasaran
d.      Memberikan pendampingan berkelanjutan pada kegiatan produksi dan pemasaran setelah kegiatan pelatihan tersebut berakhir agar memberi kesempatan kepada warga belajar untuk mendapatkan bimbingan dan pemantauan sehingga warga belajar dapat membentuk unit produksi dari kegiatan yang dilakukan pada point b tersebut. 
e.       Melakukan pemantauan dan evaluasi, mulai dari awal, pertengahan dan akhir pelaksanan program.


Kegiatan pembelajaran dari program ini dilaksanakan di rumah salah satu warga di lingkungan di mana para peserta pelatihan direkrut. Diharapkan melalui program ini dapat mengurangi jumlah pengangguran, meningkatkan pendapatan rumah tangga, dan berpotensi untuk dijadikan industri rumah tangga yang menguntungkan. Dalam melaksanakan program ini kami dibantu oleh dua dosen dari Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat sebagai narasumber. 

Mudah-mudahan program ini bisa berjalan lancar hingga selesai,  sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Dan semoga program ini bermanfaat bagi para peserta pelatihan, dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, dan hasil atau produk dari pelatihan ini bisa bermanfaat bagi masyarakat luas. Aamiin.

(Keterangan foto: Bapak Kepala BPKB PNFI Pemprov. Kalsel, kami (saya dan tim Model Program Pendidikan Kecakapan Hidup BPKB PNFI), nara sumber dari Universitas Lambung Mangkurat beserta beberapa ibu-ibu peserta pelatihan program tersebut).

13 Permintaan Tak Terucap dari Anak


1. Cintailah aku sepenuh hatimu.
2. Aku ingin jadi diri sendiri, hargailah aku.
3. Cobalah mengerti aku dan cara belajarku.
4. Jangan marahi aku di depan orang banyak.
5. Jangan bandingkan aku dengan kakak dan adikku.
6. Bapak Ibu lupa, aku adalah fotokopimu.
7. Kian hari umurku kian bertambah, maka jangan selalu anggap aku sebagai anak kecil.
8. Biarkan aku mencoba, lalu beritahu aku bila salah.
9. Jangan membuat aku bingung, maka tegaslah padaku.
10. Jangan ungkit-ungkit kesalahanku.
11. Aku adalah ladang pahala bagimu.
12. Jangan memarahiku dengan mengatakan hal-hal buruk, bukankah apa yang keluar dari mulutmu adalah  do'a bagiku?
13. Jangan melarangku hanya dengan mengatakan "JANGAN" , tapi berilah penjelasan kenapa aku tidak boleh melakukan sesuatu.

Semoga bermanfaat untuk kita para orang tua.
NB.
- Pesan di atas saya dapat dari seorang teman melalui BBM.
- Foto adalah foto dua buah hatiku dan sepupu-sepupunya.