Selasa, 23 November 2021

Sosialisasi Pendidikan Keluarga di Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru


        Pada hari Senin, 22 November 2021 , Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Pendidikan Keluarga dengan tema "Pola Pengasuhan Positif" bagi TP PKK Kelurahan di wilayah Kota Banjarbaru, dengan narasumber widyaprada ahli madya dari BP-PAUD dan Dikmas Provinsi Kalimantan Selatan, Susilowati, M.Pd.
Kegiatan ini dihadiri oleh 50 peserta dari TP PKK yang berada di wilayah Kota Banjarbaru. Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru, Bp. Dr. Muhammad Aswan, M.Si. 
Para peserta sangat antusias menyimak materi Pola Pengasuhan Positif yang disampaikan oleh narasumber. Beberapa peserta menyatakan bahwa materi sangat bagus disampaikan ke orangtua khususnya bagi orangtua muda sehingga dalam mengasuh anak sudah memiliki ilmu atau bekal yang cukup dalam mengasuh anak, tidak hanya sekedar membesarkan anak.
        Materi Pola Pengasuhan Positif ini membahas pengertian pengasuhan positif, pentingnya pengasuhan positif, prinsip pengasuhan positif, komunikasi positif dalam pengasuhan dan macam pola asuh. Sumber belajar adalah Buku Saku Pengasuhan Positif yang diterbitkan oleh Direktorat PAUD-Kemendikbud 2020.





 





Sabtu, 30 Oktober 2021

MODEL PELIBATAN KELUARGA PADA SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR MELALUI KEMAH RELIGI

    


Model Pelibatan Keluarga pada Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Melalui Kemah Religi telah dikembangkan oleh BP-PAUD dan Dikmas Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2018. Tim pengembang model terdiri dari tiga orang, yaitu Taufiqur Rohman, M.Pd, Susilowati, M.Pd., dan Nurdin, M.AP. 

Pelibatan keluarga merupakan partisipasi aktif dari orang tua/wali sebagai pihak yang berinteraksi langsung dengan anak dalam setiap aspek kehidupan anak, proses dan/atau cara keluarga untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan nasional. Empat kegiatan utama dari sepuluh bentuk kegiatan pelibatan keluarga pada satuan pendidikan sebagaimana yang tertuang dalam Permendikbud No. 30 Tahun 2017 tentang Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan yang diimplementasikan di satuan pendidikan adalah hadir dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan sekolah dasar, kelas orang tua, kelas inspirasi, dan pentas seni akhir tahun. Dalam usaha mengimplementasikan Permendikbud No. 30 Tahun 2017 tentang Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan tersebut maka dilaksanakan Kemah Religi.

Kemah Religi adalah miniatur dari pelaksanaan empat bentuk kegiatan utama pelibatan keluarga pada satuan pendidikan yang dilaksanakan selama satu tahun ajaran menjadi dua hari saja. Tujuan program Kemah Religi adalah mengimplementasikan kebijakan pelibatan keluarga pada satuan pendidikan sekolah dasar yang difokuskan pada pencegahan kenakalan anak usia sekolah dasar.

Karakteristik program Kemah religi ini adalah empat kegiatan utama pelibatan keluarga pada satuan pendidikan yang dilaksanakan selama satu tahun ajaran dapat diminaturkan selama dua hari, di lingkungan sekolah dan melibatkan seluruh elemen sekolah dan orang tua murid, serta bekerjasama dengan instansi terkait dan aparat desa. Dalam kegiatan Kemah Religi ini pula dilaksanakan Program 18 : 21. Program ini adalah kegiatan di mana saat kemah berlangsung, pada hari pertama kemah, pukul 18.00 sampai dengan pukul 21:00 adalah kegiatan di mana orang tua dan anak membagikan waktu bersama yang berkualitas, melakukan ibadah bersama, makan bersama, dan mengadakan pentas seni yang menambah suasana kekeluargaan tanpa adanya handphone, gadget, televisi, atau media informasi lainnya.


Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pengembangan model ini dan bagaimana menerapkannya silakan mengunjungi www.pauddikmaskalsel.kemdikbud.go.id atau instagram #bppauddikmas.kalsel

Kamis, 28 Oktober 2021

POTRET PROFIL PELAJAR PANCASILA di SMA IT QARDHAN HASANA BANJARBARU (AKHLAK MULIA DUA SISWA PADA SEORANG TEMAN KELASNYA YANG TUNADAKSA/CACAT TUBUH)

 

Tulisan ini merupakan potret dari sudut pandang pribadi saya sebagai orang tua mengenai Profil Pelajar Pancasila yang tengah marak dipraktikkan dan disosialisasikan penerapannya. Berbagai program praktik baik Profil Pelajar Pancasila yang diselenggarakan oleh sekolah tentunya diharapkan dapat dirasakan hasilnya atau dampaknya tidak hanya untuk sekolah dan jangka pendek, namun untuk semua kalangan dan khususnya untuk anak-anak kita generasi penerus bangsa di jangka panjang ke depan.

Profil Pelajar Pancasila memiliki enam elemen yaitu: berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. Keenam elemen ini dilihat sebagai satu kesatuan yang saling mendukung dan berkesinambungan satu sama lain. Karakter pada elemen profil pelajar Pancasila dapat dibentuk melalui pembiasaan, keteladanan dan terporgram. Dalam mewujudkan karakter melalui pembiasaan dan terprogram pada Profil Pelajar Pancasila, salah satunya adalah dengan sekolah inklusi, di mana sekolah formal memiliki salah satu atau beberapa peserta didik atau siswa disabilitas. Banyak kebaikan atau manfaat yang didapat melalui sekolah inklusi ini, baik bagi guru, siswa-siswa yang normal, siswa yang disabilitas, dan orang tua. Di antara kebaikan tersebut yaitu dapat menumbuhkan empati, peduli, bersyukur, dan memberikan wawasan bagi masyarakat, baik yang di dalam sekolah maupun yang di luar sekolah.

Salah satu sekolah swasta (SMA Islam Terpadu) di Kota Banjarbaru yaitu SMA IT Qardhan Hasana memiliki seorang siswa tuna daksa yang mana kedua kakinya tumbuh tidak sempurna. Istilah tunadaksa berasal dari kata “tuna” dan “daksa”. Tuna yang berarti rusak atau cacat, dan daksa yang berarti tubuh. Definisi tunadaksa menurut Sutjihati Somantri adalah suatu keadaan yang terganggu atau rusak sebagai akibat dari gangguan bentuk atau hambatan pada otot, sendi dan tulang dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini bisa disebabkan oleh kecelakaan, penyakit atau juga bisa disebabkan karena pembawaan sejak lahir.

Kehadiran siswa tunadaksa yang kedua kakinya tumbuh tidak sempurna di sekolah tersebut memupuk akhlak mulia pada siswa lain yang memiliki tubuh sempurna. Siswa tunadaksa tersebut tidak diabaikan oleh teman-teman sekelasnya. Setiap hari, khususnya menjelang waktu sholat dhuhur dan sholat ashar, anak tersebut memiliki dua teman yang peduli dan siap membantu dia untuk melaksanakan sholat di masjid sekolah tersebut. Dua teman anak itu selalu membantu membawa anak tersebut ke masjid sekolah. Teman yang satu menaikkan teman yang tuna daksa ke punggung teman yang sudah siap jongkok untuk menggendong teman yang tunadaksa tersebut naik undakan /tangga masjid di lantai dua untuk melakukan sholat berjamaah. (lantai satu masjid adalah aula sekolah). Mereka bergantian membantu teman yang kurang beruntung tersebut.

Bagi saya pribadi sebagai orang tua, kehadiran siswa tunadaksa tersebut mengajarkan banyak hal kepada teman-teman lainnya yang normal tanpa banyak memberi ceramah atau teladan, menumbuhkan rasa syukur tanpa harus mengejek keadaan teman yang kurang beruntung, menumbuhkan empati dan peduli, dan menumbuhkan rasa gotong royong dalam membantu teman yang tunadaksa melalui hal kecil seperti membantu ke masjid yang dilakukan secara rutin yang akhirnya menjadi pembiasaan yang baik dan menjadi karakter pada siswa-siswa di sekolah tersebut.

Keberadaan siswa tunadaksa tersebut menumbuhkan dua Profil Pelajar Pancasila yaitu akhlak mulia dan gotong royong dari teman-teman lainnya yang normal.

Dari elemen kunci akhlak mulia yaitu:

Akhlak pribadi: Menyadari bahwa menjaga dan merawat diri penting dilakukan bersamaan dengan menjaga dan merawat orang lain dan lingkungan sekitarnya, Akhlak kepada manusia: Mengutamakan persamaan dan kemanusiaan di atas perbedaan serta menghargai perbedaan yang ada dengan orang lain.

Dari elemen kunci gotong royong yaitu:

Kolaborasi: bekerja bersama dengan orang lain disertai perasaan senang ketika berada bersama dengan orang lain dan menunjukkan sikap positif terhadap orang lain. (Dua teman yang selalu siap membantu teman yang tuan daksa: teman yang satu menaikkan teman yang tuna daksa ke punggung teman lainnya yang sudah siap berjongkok menggendong, yang satu menggendong teman yang tuna daksa tersebut dari naik tangga masjid ke lantai dua masjid sekolah).

Kepedulian: memperhatikan dan bertindak proaktif terhadap kondisi atau keadaan di lingkungan fisik sosial.

Melalui potret tanpa gambar atau foto pada tulisan mengenai Profil Pelajar Pancasila di SMA IT Qardhan Hasana di Kota Banjarbaru ini diharapkan membuka wawasan sekolah lain untuk mau menerima siswa yang berkebutuhan khusus di sekolah mereka.