Minggu, 22 Januari 2012

Semangatku

Matahariku,
Tetap anggun kau di sana
Berhias cahaya kencana
Takkan sanggup ku merengkuhmu
Dari singgasana di angkasa
Namun aku butuh hangat sinarmu
Dalam melewati hari
Aku butuh cahayamu
Dalam meniti jalanku
Bersinarlah lagi esok hari
Kunantikan hangat sinarmu di sini

                               Banjarbaru, 23 Januari 2012

Minggu, 08 Januari 2012

Are you mature woman or immature woman?


Immature women want to control the man in their lives,
Mature women know that if he is truly hers, there is no need to control.

Immature women cry because he doesn't call,
Mature women are too busy to realize he hadn't call.

Immature women are afraid to be alone,
Mature women using it as a time for personal growth.

Immature women make a man go home,
Mature women make him want to return home.

Immature women monopolize the time of her man,
Mature women realize that a bit of space make the time together something more special.

Immature women do not forgive and punished by the rancor,
Mature women know that he was just a man.

Immature women fall in love and pursued relentlessly,
Mature women know that someone you love, not love you and then move on without bitterness.

Immature women will read this and make a face,
Mature women pass it on to other women.

In short, you decide that you're a mature woman or immature woman.
Remember that changes are within you.


(anonymous)

Rabu, 04 Januari 2012

Twin Soul

How many times you will have passed next to me
And maybe blinded by your incandescent shine
I haven't been able to see you

How many times you will have thought about me
As well as I have thought about you
Eventhough we don't know each other yet

I feel you very close, but so far at the same time
That I would be able to travel through the time and space
In order to make more quickly our encounter moment


by Wilmer Cabriles
(Wilmer adalah seorang teman lama saya yang berasal dari Venezuela)

KOPI PERTAMAKU


Kopi adalah minuman favoritku. Ada pengalaman berhargaku dengan kopi dan almarhum Emak, panggilan sayang ibuku.
Sejak aku duduk di kelas 6 sekolah dasar aku mulai menyukai rasa kopi. Namun aku tidak pernah membuat kopi untuk aku sendiri. Berawal dari kebiasaanku “menyruput” kopi bapakku yang disediakan di cangkir khusus oleh Emak. Kopi yang diseduh oleh Emak baunya sangat harum sehingga selalu membuatku tergoda untuk merasakannya. Aku selalu mendekati Emak apabila beliau menyeduh kopi untuk bapakku.
“Enak ya, Mak?’ tanyaku.
“Iya,” jawab Emak singkat.
“Boleh gak aku minta sedikit?” tanyaku.
‘Hush, jangan, ini kopi Bapak. Kamu gak boleh clintisan minum kopi Bapak,” larang beliau.
Semakin dilarang, aku semakin penasaran. Jadi aku selalu mencuri kesempatan hanya untuk merasakan kopi Bapak. Apabila Bapak atau Emak tidak ada di sekitar meja di mana Emak biasa menaruh cangkir kopi Bapak, dengan cepat aku selalu “menyruput” kopi Bapak.
Tapi lama-lama rupanya ulahku ini diketahui oleh Emak, karenaBapakku sering tanya, “lho, kopiku kok berkurang? Siapa ni yang minum?”
Emak diam saja, karena anaknya banyak, aku lima bersaudara, sehingga Emak tidak langsung menuduh anak-anaknya begitu saja.
Keesokan harinya, seperti biasa, aku celingukan dulu, memastikan tidak ada Bapak atau Emak atau saudaraku yang lain di ruangan di mana cangkir kopi Bapak berada. Kulihat cangkir Bapak, masih ada setengah cangkir kopi yang tersisa. Langsung kuambil cangkir itu, kuminum kopi itu, tetapi ,’bahhhhh’ pahit sekali kopi Bapak hari ini. Langsung aku semprotkan kopi pahit itu dari mulutku. Dan tiba-tiba Emak sudah berdiri dibelakangku. Wah,ketangkap basah aku.
‘Mak, kok tumben emak menyediakan kopi pahit buat Bapak?, tanyaku seolah aku tidak bersalah.
“Kopi itu Emak buat khusus buat anak yang suka menyruput kopi Bapak tanpa izin,’ jawab Emak, tanpa ada ekspresi marah di wajahnya. Aku jadi malu, namun merasa nyaman karena tidak dimarahi Emak. Emak memang orang yang paling sabar di dunia ini. Aku beruntung memiliki Emak seperti beliau.
Sejak saat itu, aku tidak menyruput kopi Bapak lagi diam-diam. Aku menunggu kepulangan Bapak dari sekolah di mana Bapakku mengajar, lalu jika masih ada kopi tersisa aku minta izin Bapak untuk minta barang seteguk. Dan Bapak selalu mengizinkannya. Ah, indahnya pelajaran yang kuambil dari kopi ini. Terima kasih Emak atas kasih sayangmu, teladanmu, cara mendidik aku dengan kesabaranmu dan semua yang Emak berikan padaku. Anakmu sekarang teramat merindukanmu.