Sabtu, 31 Maret 2012

Aku Tak Selalu Mendapatkan Apa Yang Kusukai, Oleh Karena Itu Aku Selalu Menyukai Apapun Yang Aku Dapatkan


Judul artikel diatas merupakan wujud syukur. Syukur merupakan kualitas hati yang terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tentram dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang dan tak bahagia. Ada dua hal yang sering membuat kita tak bersyukur.
Pertama : Kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki. Katakanlah anda telah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang terbaik. Tapi anda masih merasa kurang. Pikiran anda dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang. Kita ingin ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya. Tapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tak puas, kita ingin yang lebih lagi. Jadi, betapapun banyaknya harta yang kita miliki, kita tak pernah menjadi “KAYA” dalam arti yang sesungguhnya.
Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang ”kaya”. Orang yang ”kaya” bukanlah orang yang memiliki banyak hal, tetapi orang yang dapat menikmati apapun yang mereka miliki. Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan, tapi kita perlu menyadari bahwa inilah akar perasaan tak tenteram. Kita dapat mengubah perasaan ini dengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki. Cobalah lihat keadaan di sekeliling Anda, pikirkan yang Anda miliki, dan syukurilah. Anda akan merasakan nikmatnya hidup. Pusatkanlah perhatian Anda pada sifat-sifat baik atasan dan orang-orang di sekitar Anda.  Mereka akan menjadi lebih menyenangkan.
Seorang pengarang pernah mengatakan,  ”Menikahlah dengan orang yang Anda cintai, setelah itu cintailah orang yang Anda nikahi.” Ini perwujudan rasa syukur. Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tak dapat membeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai bersyukur.
Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita. Saya ingat, pertama kali bekerja saya senantiasa membandingkan penghasilan saya dengan rekan-rekan semasa kuliah. Perasaan ini membuat saya resah dan gelisah. Sebagai mantan mahasiswa teladan di kampus, saya merasa gelisah setiap mengetahui ada kawan satu angkatan yang memperoleh penghasilan di atas saya. Nyatanya, selalu saja ada kawan yang penghasilannya melebihi saya. Saya menjadi gemar gonta-ganti pekerjaan, hanya untuk mengimbangi  rekan-rekan saya. Saya bahkan tak peduli dengan jenis pekerjaannya, yang penting gajinya lebih besar. Sampai akhirnya saya sadar bahwa hal ini tak akan pernah ada habisnya.  Saya berubah dan mulai mensyukuri apa yang saya dapatkan. Kini saya sangat menikmati pekerjaan saya. Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri.
Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa. Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam, ”Lulu, Lulu.” Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, ”Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Lulu.” Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia  terkejut melihat penghuni lain itu terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak, ”Lulu, Lulu”. ”Orang ini juga punya masalah dengan Lulu?  ” tanyanya keheranan. Dokter kemudian menjawab, ”Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu.” Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi.
Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan cerita mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika ditanya kenapa demikian,  ia menjawab, ”Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup ditanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga.”
Bersyukurlah !
Bersyukurlah bahwa kamu belum siap memiliki segala sesuatu yang kamu inginkan. Seandainya sudah, apalagi yang harus diinginkan?
Bersyukurlah apabila kamu tidak tahu sesuatu . Karena itu memberimu kesempatan untuk belajar .
Bersyukurlah untuk masa-masa sulit . Di masa itulah kamu tumbuh …
Bersyukurlah untuk keterbatasanmu . Karena itu memberimu kesempatan untuk berkembang .
Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru . Karena itu akan membangun kekuatan dan karaktermu .
Bersyukurlah untuk kesalahan yang kamu buat . Itu akan mengajarkan pelajaran yang berharga .
Bersyukurlah bila kamu lelah dan letih . Karena itu kamu telah membuat suatu perbedaan .
Mungkin mudah untuk kita bersyukur akan hal-hal baik. Hidup yang berkelimpahan datang pada mereka yang juga bersyukur akan masa surut. Rasa syukur dapat mengubah hal yang negatif menjadi positif. Temukan cara bersyukur akan masalah-masalahmu dan semua itu akan menjadi berkah bagimu.
***

Selasa, 27 Maret 2012

Terbakar Aku

Dalam gelapnya sepi
Kulihat cahaya kecil menari
Kudatangi cahaya itu
Sekedar menghalau pilu
Ternyata cahaya itu api
Sangat indah walau panas menyengat
Semakin kudekati
Semakin kuat api itu menarikku
Hingga aku terjerembab
Dan terbakarlah aku

(26 Maret 2012)

Sabtu, 17 Maret 2012

Janji Pelangi



Desau sang bayu membisiki
Kan terlihat selarik pelangi
Di langit indah berseri

Kupastikan diri ini
Dapatkan tempat tertinggi
Tuk nikmati indahnya warna pelangi

Namun tiba-tiba sang bayu datang lagi
Menyampaikan pesan dari sang pelangi
Bahwa dia urung muncul di purnama ini

Dia kan datang satu purnama lagi
Saat semua warnanya utuh kembali
Dalam satu selendang harmoni

Wahai lazuardi biru
Jagalah pelangi itu
Dari jahilnya waktu

Banjarbaru, Medio Maret 2012 

Kamis, 15 Maret 2012

Leher Kambing si Miskin


Oleh: Emha Ainun Nadjib 

Sukses kampanye tauhid Rasulullah terutama karena mengandalkan uswatun khasanah: teladan hidup yang bersih dan konsisten. Tak banyak omong. Mulut beliau Terpelihara. Beda dengan hobi kita sekarang.
Memang, asyiknya Nabi utusan Tuhan terakhir, Muhammad Saw., ini bukan hanya karena beliau itu manusia lumrah raja, aba ahadin min-kum (sebagaimana bapak anak-anak pada umumnya). Bukan karena karakter kerasulan beliau serius mengandalkan mukjizat atau kasekten yang aneh-aneh. Namun yang paling mengasyikkan adalah bahwa putra Abdullah ini buta huruf dan mernilih hidup melarat.
Pada suatu hari datang bertamu kepada beliau seorang anak yang menyampaikan pesan ibunya agar Nabi memberikan sesuatu kepadanya. Nabi berkata, "Hari ini kami serumah tak punya apa-apa." Si anak ngeyel, "Kata ibu, kalau tak punya apa-apa, mohon Nabi menanggalkan baju dan memberikan kepada kami."
Muhammad pun menanggalkan bajunya, memberikannya, kemudian duduk dalam rumah, kedinginan dan agak menyesal. Allah segera kirim Jibril untuk memuji namun juga mengkritik Muhammad, "Jangan mengalungkan kedua tanganmu di leher, namun juga jangan mengulurkan tangan terlalu panjang."
Artinya, manusia tak boleh pelit. Tapi dalam bersedekah juga harus tetap rasional dan realistis. Sakmadya, kata orang Jawa.
Di saat lain Nabi yang anggun pendiam ini tampak buncit perutnya tatkala sembahyang di masjid, Sayyid Umar bin Khaththab memperhatikan dan menelitinya dengan. seksama. Akhirnya ketahuan bahwa beliau sedang kelaparan, sehingga diambilnya sebongkah batu, diikatkannya di perut, lantas ditutupi gamis. Umar belingsatan mencarikan makanan untuk beliau.
Ternyata pilihan untuk melarat, asal jangan sampai fagiy, absah juga. Manusia berhak untuk kaya, tapi berhak pula untuk miskin. Muhammad ini contoh yang paling 'gawat' dalam sejarah dalam soal keberhasilan ekonomi, bahkan puasa kesejahteraan atau apalagi kemewahan sedemikian rupa. Kaum orientalis maupun kita-kita sampai sekarang jarang menyebut-nyebut betapa pentingnya etos satu ini untuk mempersyaratkan mutu kepemimpinan seseorang atau masyarakatnya.
Muhammad penguasa jazirah Arab, namun menolak untuk menjadi penguasa. Sebab ia adalah pemimpin.

Penguasa dan pemimpin adalah dua rnakhluk dan dua soal yang sama sekali berbeda. Penguasa memanage kekuasaan dirinya atas orang banyak, sedangkan pemimpin memanage cinta dan sistem penyejahteraan.
Ketika itu Muhammad sanggup memperoleh apa saja: dunia sudah digenggamnya. Ia sudah memiliki segala persyaratan untuk duduk di singgasana dan menikmati segala-galanya: jaringan, akar, geniusitas, ketrampilan manajemen, kependekaran fisik, atau apa saja yang harus dirriliki oleh seorang raja.
Namun Beliau ogah jadi raja. Raja itu malik.
'Malik' itu sifat Tuhan. Beliau memilih term Khalifah dan itu sama dengan fungsi setiap manusia, meskipun Allah memuliakannya dengan status nabi dan rasul. Muhammad makan hanya karena lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Beda dengan kita yang terus lapar dalam keadaan kekenyangan. Muhammad bersedia tidur beralaskan daun aren ketika pulang larut malam dan sungkan membangunkan Aisyah.
Muhammad punya pendahulu nenek-moyang yang bernama raja Sulaiman putra Daud. Allah menawarinya apakah mau menjadi raja dan kaya-raya seperti Sulaiman. Beliau menolak. Supaya masuk syurga duluan, beda dengan Sulaiman yang mendapat jatah terakhir sesudah semua nabi.
Apakah ia, Muhammad itu, seorang masochis-romantik? Seseorang yang sok, anti materi dan cengeng?

Bukankah Allah membuka pintu lebar-lebar, "Kuhamparkah bumi dan langit dan semua isinya. Makan dan minumlah, asal jangan berlebih-lebihan...."? Kenapa Muhammad memilih 'kekurangan' setidak-tidaknya menurut tolok ukur kita sekarang?
Memang kebanyakan kita sekarang jauh lebih kaya dibanding Mohammad. Bahkan 30 juta penduduk Indonesia yang kabarnya masih di bawah garis kemiskinan, belum tentu lebih parah keadaannya dibanding Muhammad. Betapa mungkin, seorang nabi, yang menurut logika moral seolah-olah berhak atas separo jazirah Arab beserta tambang-tambangnya: ketika wafat, malah masih punya hutang beberapa kilogram gandum kepada tetangganya seorang Yahudi? Kita yang satpam atau tukang ojek pun mungkin lebih baik dari itu keadaan ekonominya.
Namun jangankan Muhammad. Sedangkan kepala suku Ammatoa di Kajang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, kepala suku Boti, Soe, Nusa Tenggara Timur pun tahu dan konsisten bagaimana berlaku sebagai pemimpin. Ia tak bersedia menerima sesuap pun dari rakyat. "Kalau saya menerima sesuatu dari rakyat saya, mereka berhak meniru saya untuk meminta-minta" katanya, "saya harus mencontohkan bagaimana bertariggungjawab kepada diri sendiri. Harus mencari makan sendiri, maka dari piling yang saya buat sendiri
dan minum dengan gelas yang juga saya buat sendiri...."
Di mata kita dan cara berpikir kita sekarang, Muhammad dan Amatoa adalah pemimpin yang tolol. Mereka tidak tahu mumpung, tak tahu bagaimana posisi, jabatan, kekuasaan dan peluang.
Logika dan moralitas Muhammad terbalik bagi kita. Sebelurn menjadi nabi dan pemimpin, Muhammad membuktikan dulu perilaku yang terpercaya (al-amin), menjadi sales yang jujur dan merijaga setiap ucapannya. Kemudian sesudah jadi nabi malah berhenti berdagang. Padahal 'mestinya' menurut gaya hidup kita yang maju dan modernsesudah tercapai menjadi penguasa itulah justru peluang amat luas untuk menggunungkan omset dagang. Semakin tinggi kekuasaan di jalur birokrasi semakin banyak kesempatan fasilitas (dana, kemudahan-kemudahan, dominasi).
Tapi rupa-rupanya "perniagaan" Muhammad mernang lain. Ketika beliau diberi hadiah seekor kambing, lantas disembelih dan dibagi-bagikan ke seluruh tetangganya.
"Sudah habis semua, ya Rasul," kata Aisyah, "Yang tersisa buat kita tinggal leher kambing itu"..
"Tidak, Aisyah," sahut Nabi, "Yang tersisa menjadi milik kita adalah seluruhnya kecuali lehernya."
Tentu ini diketawain oleh ideolog konsep kepemilikan.

(Emha Ainun Nadjib/"Gelandangan Di Kampung Sendiri"/ Pustaka Pelajar/1995/PadhangmBulanNetDok)

Selasa, 13 Maret 2012

Bila Al-Qur'an Bisa Bicara!


“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (QS Al A’raaf [7] : 36).
Waktu engkau masih kanak-kanak, kau laksana kawan sejatiku
Dengan wudu’ aku kau sentuh dalam keadaan suci
Aku kau pegang, kau junjung dan kau pelajari
Aku engkau baca dengan suara lirih ataupun keras setiap hari
Setelah usai engkaupun selalu menciumku mesra

Sekarang engkau telah dewasa…
Nampaknya kau sudah tak berminat lagi padaku…
Apakah aku bacaan usang yang tinggal sejarah…
Menurutmu barangkali aku bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu
Atau menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji saja?

Sekarang aku engkau simpan rapi sekali hingga kadang engkau lupa dimana menyimpannya
Aku sudah engkau anggap hanya sebagai perhiasan rumahmu
Kadang kala aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa
Atau aku kau buat penangkal untuk menakuti hantu dan syetan
Kini aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian dalam kesepian
Di atas lemari, di dalam laci, aku engkau pendamkan.

Dulu…pagi-pagi…surah-surah yang ada padaku engkau baca beberapa halaman
Sore harinya aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau…..

Sekarang… pagi-pagi sambil minum kopi…engkau baca
Koran pagi atau nonton berita TV Waktu senggang..engkau sempatkan membaca buku karangan manusia
Sedangkan aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Yang Maha Perkasa.
Engkau campakkan, engkau abaikan dan engkau lupakan…

Waktu berangkat kerjapun kadang engkau lupa baca pembuka surah2ku (Basmalah)
Diperjalanan engkau lebih asyik menikmati musik duniawi
Tidak ada kaset yang berisi ayat Alloh yang terdapat padaku di laci mobilmu
Sepanjang perjalanan radiomu selalu tertuju ke stasiun radio favoritmu
Aku tahu kalau itu bukan Stasiun Radio yang senantiasa melantunkan ayatku

Di meja kerjamu tidak ada aku untuk kau baca sebelum kau mulai kerja
Di Komputermu pun kau putar musik favoritmu
Jarang sekali engkau putar ayat-ayatku melantun
E-mail temanmu yang ada ayat-ayatkupun kadang kau abaikan
Engkau terlalu sibuk dengan urusan duniamu
Benarlah dugaanku bahwa engkau kini sudah benar-benar melupakanku

Bila malam tiba engkau tahan nongkrong berjam-jam di depan TV
Menonton pertandingan Liga Italia , musik atau Film dan Sinetron laga
Di depan komputer berjam-jam engkau betah duduk
Hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah

Waktupun cepat berlalu…aku menjadi semakin kusam dalam lemari
Mengumpul debu dilapisi abu dan mungkin dimakan kutu
Seingatku hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali Itupun hanya beberapa lembar dariku
Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu
Engkaupun kini terbata-bata dan kurang lancar lagi setiap membacaku.

Apakah Koran, TV, radio , komputer, dapat memberimu pertolongan?
Bila engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba
Engkau akan diperiksa oleh para malaikat suruhanNya
Hanya dengan ayat-ayat Allah yang ada padaku engkau dapat selama melaluinya.

Sekarang engkau begitu enteng membuang waktumu…
Setiap saat berlalu…kuranglah jatah umurmu…
Dan akhirnya kubur sentiasa menunggu kedatanganmu..
Engkau bisa kembali kepada Tuhanmu sewaktu-waktu
Apabila malaikat maut mengetuk pintu rumahmu.

Bila aku engkau baca selalu dan engkau hayati…
Di kuburmu nanti….
Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan
Yang akan membantu engkau membela diri
Bukan koran yang engkau baca yang akan membantumu
Dari perjalanan di alam akhirat
Tapi Akulah “Qur’an” kitab sucimu
Yang senantiasa setia menemani dan melindungimu

Peganglah aku lagi . .. bacalah kembali aku setiap hari
Karena ayat-ayat yang ada padaku adalah ayat suci
Yang berasal dari Alloh, Tuhan Yang Maha Mengetahui
Yang disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad Rasulullah.

Keluarkanlah segera aku dari lemari atau lacimu…
Jangan lupa bawa kaset yang ada ayatku dalam laci mobilmu
Letakkan aku selalu di depan meja kerjamu
Agar engkau senantiasa mengingat Tuhanmu

Sentuhilah aku kembali…
Baca dan pelajari lagi aku….
Setiap datangnya pagi dan sore hari
Seperti dulu….dulu sekali…
Waktu engkau masih kecil , lugu dan polos…
Di surau kecil kampungmu yang damai

Jangan biarkan aku sendiri…. Dalam bisu dan sepi….

“Utamakan SELAMAT dan SEHAT untuk duniamu, Utamakan SHOLAT dan ZAKAT untuk akhiratmu”

***

Sumber:

Sempatkan Mendongeng untuk Perkembangan dan Kecerdasan Anak Kita


Orangtua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak. Karenanya hubungan kedekatan dengan orangtua akan menjadi pola sosialisasi anak usia dini. Namun sayangnya fakta menunjukkan bahwa anak banyak menghabiskan waktu dengan menonton televisi. Sementara banyak orangtua yang juga sibuk mencari nafkah.

Menurut Ketua Keluarga Peduli Pendidikan Yanti Sriyulianti, kebutuhan anak atas perhatian dan pengasuhan yang intensif dari orangtuanya tidak dapat ditunda. Hubungan antara anak dan orangtua mempunyai peran penting dalam menentukan pola perkembangan psikis, sosial, dan emosional di masa depan.
Untuk itu, diperlukan komitmen dan kesungguhan orangtua untuk meningkatkan kemampuan berkreasi dalam mengisi waktu berkualitas bersama anak-anak.

"Diantara banyak metode, mendongeng diyakini efektif bagi pendidikan anak usia dini. Menurut seorang pengarang dan ilustrator cerita anak terlaris versi New York Times Laura Numeroff, membacakan dongeng untuk anak selama 20 menit dapat meningkatkan kecerdasan anak dalam membaca dan menulis. 20 menit mendongeng setara dengan sekurang-kurangnya belajar 10 hari di sekolah," katanya.

Membacakan buku pada anak sebelum tidur mungkin sudah jarang dilakukan orangtua. Padahal ada banyak manfaat yang bisa diperoleh jika anak didongengkan cerita sebelum tidur.
“Manfaat yang bisa didapatkan anak-anak dari rutinitas mendongengkan cerita sebelum tidur tidak hanya untuk intelektualnya saja, tapi juga secara emosional,” ujar Dr Terri Apter, seorang psikolog sosial di University Cambridge, seperti dikutip dari HealthToday, Kamis (2/9/2010).

Mungkin sebagian orangtua, membacakan dongeng untuk anak sebelum tidur tidaklah terlalu penting. Padahal, disadari atau tidak, kebiasaan itu membuat anak Anda terbiasa membaca.
Seorang ahli mengatakan bahwa waktu untuk bercerita atau membacakan dongeng menjadi kunci pembangunan masa kanak-kanak. Meskipun saat ini orangtua berada dalam tekanan untuk memenuhi kebutuhan hidup, namun ini adalah salah satu waktu paling santai antara orangtua dan anak.

Dongeng atau membaca buku cerita sebelum tidur tidak hanya bermanfaat bagi balita dan anak-anak, karena kaum remaja pun masih bisa mendapatkan manfaatnya.
Ini dia beberapa manfaat yang bisa didapatkan melalui kegiatan mendongeng sebelum tidur, yaitu:

1.       Membantu perkembangan bicara dan bahasa anak
Mengajarkan anak berbicara sudah bisa dimulai sejak awal kehamilan, karena orangtua yang mengajak anaknya berbicara akan direspons oleh otak anak dan berusaha untuk menyerap suara serta bahasa yang digunakan ibunya.
Jika kebiasaan mendongengkan anak sebelum tidur ini berlanjut, maka akan mendorong anak untuk berbicara dan mengembangkan kemampuan bahasanya. Cara ini merupakan salah satu teknik belajar yang menyenangkan bagi anak.

2.       Membantu menenangkan anak yang menangis
Membacakan dongeng sebelum tidur adalah salah satu cara penghilang stres yang efektif. Biasanya orangtua akan membacakan cerita dalam suasana santai dan nyaman, dramatisasi dengan membuat intonasi nada yang berbeda akan membuat anak tertarik untuk mendengarkan cerita. Lama kelamaan anak-anak akan merasa nyaman sehingga tingkat stresnya berkurang.

3.       Membantu meningkatkan IQ anak
Pada anak yang baru belajar membaca, mendongengkan buku cerita yang sama berulang-ulang bisa membantunya mengajarkan bahasa, meningkatkan memori dan mengembangkan imajinasi. Saat pertama kali mendengarkan cerita, anak tidak bisa menangkap semuanya. Tapi jika diulang-ulang, maka anak akan memperhatikan pola dan urutan dari cerita tersebut.
Orangtua harus memperhatikan jenis buku cerita yang akan didongengkan pada anak, misalnya tidak boleh membacakan cerita yang terlalu merangsang atau menakutkan bagi anak. Serta lakukan dengan cara yang positif dan menyenangkan agar bisa bermanfaat bagi anak.

4.       Membantu anak agar cinta dengan buku
Membacakan sebuah cerita sebelum anak tidur akan membuat anak mencintai buku dan menjadi senang membaca. Jika anak sudah cinta dengan buku, maka anak akan melihat buku sebagai teman yang menyenangkan seperti halnya mainan. Buku merupakan salah satu media aktif yang dapat menjaga kerja otak anak dan membantu anak menjadi lebih kreatif.

5.       Membantu mengembangkan keterampilan mendengarkan anak
Jika anak ingin memahami isi dari buku yang didongengkan, maka anak harus mendengarkan ceritanya. Karena itu anak akan menyiapkan pikirannya untuk menyerap kata-kata yang diucapkan orangtua dan menciptakan kata sendiri untuk memahaminya. Jadi anak akan mendengarkan dengan seksama dan berusaha menguasai keterampilan ini. Selain itu, cara ini juga membantu meningkatkan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak.

6.       Membantu anak memiliki pola tidur yang sehat
Ketika anak-anak sudah terbiasa mendengarkan cerita sebelum tidur, maka ritual nyaman ini akan menjadi alarm bagi anak bahwa setelah itu adalah saatnya tidur. Kondisi ini akan membantu anak memiliki jam tidur dan bangun yang sama setiap harinya, karena itu dianjurkan untuk melakukan rutinitas ini pada jam yang sama sejak anak masih kecil. 

Nah, buat para bapak dan ibu yang masih mempunyai anak usia dini, mari kita luangkan waktu dari 24 jam milik kita untuk membacakan dongeng kepada buah hati kita tercinta.

SUMBER:
http://id.she.yahoo.com/mendongeng-untuk-anak-baik-untuk-perkembangannya-193000458.html

Senin, 12 Maret 2012

Semoga Belum Terlambat


Hasrat menyelinap di relung hati
Pedih perih menyayat
Semakin erat hasrat itu memenuhi relung hati
Semakin sadar bahwa diri ini tiada memiliki

Dapat kunikmati indahnya mentari di ufuk timur
Kunikmati pula anggunnya lazuardi di ufuk barat
Namun tak satupun mereka milikku
Walau mereka ada dalam dekapanku

Tersadar diri ini
Betapa hasrat itu membuatku terhempas
Betapa selendang pelangi itu semu
Betapa semua itu fatamorgana

Kutemukan hakiki hasrat itu
Harusnya hanya menuju ke jalan yang satu
Jalan yang lurus yang tak pernah pudar
Oleh pendar-pendar fatamorgana

Setelah Badai Berlalu


Badai telah berlalu

Meninggalkan luka sembilu

Memerlukan waktu menyembuhkan luka itu

Namun harus tetap tegar melangkah maju


Selendang pelangi datang menyapa

Menawarkan berbagai warna yang mempesona

Namun aku tahu semua itu fatamorgana

Aku harus tetap tegar dengan yang satu


Terima kasih Allah yang hidupku di tangan-Mu

Yang selalu ingin diingat olehku

Melalui sapaan kecil maupun teguran-Mu

Maafkan aku yang terkadang lengah dalam mengingat-Mu

Ketika


Ketika yang benar menjadi salah

dan salah menjadi benar

garisannya tampak buram

pandangan tak lagi tajam

pikiran tak lagi jernih

semua nampak ruwet

semua menjadi semrawut



Ketika di atas jalan berkelok

perlu waktu untuk kembali

perlu pengertian untuk memahami

perlu kedewasaan untuk menerima



Kuharap kau tetap di sana

di jalan di mana kita bertemu

dan yakiniku

Setegar aku menunggumu

sekukuh aku meyakinimu

saat kau jatuh di lorong gelap berliku

Sabtu, 10 Maret 2012

Kunjunganku ke Tresna Werdha (Panti Jompo)


Kunjungan saya ke panti jompo atau tresna werda yang ada di salah satu kota Banjarbaru ini adalah kunjungan dinas luar pertama saya untuk tahun ini.
Tujuan kami (saya dan rekan kerja atas nama instansi di mana saya bekerja) mendatangi panti tersebut adalah untuk memberikan pembelajaran baca tulis al-qur’an bagi para penghuni panti yang beragama islam dan belum bisa baca tulis al-qur’an.
Setelah acara seremonial, kami melanjutkan kunjungan kami berikutnya di bulan berikutnya, untuk memonitor kegiatan tersebut.
Sewaktu saya dan rekan kerja memasuki kawasan panti jompo ini menuju Langgar di mana kegiatan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an bagi warga panti jompo ini, kami melewati jalan di mana kanan kiri jalan terdapat wisma yang seperti rumah kecil yang masing-masing rumah atau wisma tersebut terdiri dari beberapa kamar. Lingkungan komplek wisma tersebut sangat asri. Setiap wisma ada namanya yang ditempel di atas pintu wisma.
Ketika kami sampai di depan wisma kedua di deretan wisma-wisma tersebut, tiba-tiba bapak tua yang sedang duduk di depan wisma berdiri dan memberi  hormat kepada kami seolah kami adalah komandan atau atasannya. Kami membalas hormat bapak tua itu dengan tersenyum dan mengangguk. Tetapi bapak tua itu kelihatan marah dan mengomel dengan suara yang tidak jelas, jadi saya balas dengan mengangkat tangan membalas hormat bapak tua tersebut, tetap sambil tersenyum. Dalam hati saya berfikir mungkin bapak tua ini dulu adalah seorang pejuang yang hidup di masa penjajahan Jepang.
Dari 135 penghuni di panti tersebut, ada 28  orang dewasa yang belum bisa baca tulis al-qur’an. Dan dari 135 penghuni panti tersebut ada 10 orang yang mengalami gangguan jiwa, termasuk bapak tua yang memberi hormat kepada kami tadi.
Saya sangat kagum dengan semangat para peserta kegiatan pembelajaran ini yang notabene mereka adalah orang dewasa di usia senja namun masih mau belajar, sekaligus saya juga trenyuh dengan keadaan para penghuni panti jompo tersebut. Berulang kali terngiang pertanyaan di hati saya kemanakah anak atau sanak saudara mereka? Mengapa mereka menghabiskan sisa waktu hidupnya di panti jompo ini? Apa yang telah mereka lakukan di masa lalu sehingga mereka berada dip anti jompo ini? Bagaimana cara mereka mendidik putra-putri mereka sehingga mereka ada di panti ini? Bagaimana hubungan mereka dengan saudara-saudara mereka? Dan banyak lagi pertanyaan yang menyeruak di pikiran saya.
Karena waktu kami sedikit maka saya hanya sempat bertanya kepada tutor yang mengajar di panti tersebut. Padahal saya ingin mengobrol dengan salah satu atau beberapa bapak dan ibu yang usianya sudah lanjut yang menjadi peserta dalam pembelajaran baca tulis Qur’an tersebut.
Kata tutor tersebut bahwa mereka bisa ada di panti tersebut kebanyakan “dikirim’ oleh sanak saudara mereka. Kebanyakan dari mereka adalah dari luar kota Banjarbaru, dan kebanyakan mereka sebenarnya termasuk orang yang mampu. Terkadang mereka dikunjungi pihak keluarga sebulan sekali.
Saya masih belum puas dengan informasi yang saya dapat. Tetapi karena keterbatasan waktu jadi terpaksa saya harus menyimpan semua pertanyaan saya untuk bulan berikutnya, mudah-mudahan lebih banyak waktu yang saya punyai dari bulan kemarin.
Namun satu hal yang saya dapat dari kunjungan saya ini adalah betapa pentingnya keluarga, betapa pentingnya menjaga keutuhan keluarga, komunikasi, rasa sayang dan saling mengasihi ,  menanamkan sifat-sifat kasih sayang, perduli dan empati kepada anak-anak kami, juga pada diri pribadi saya dan suami.


Banjarbaru, awal Maret 2012. (Foto diatas adalah salah satu foto kegiatan pembelajaran baca tulis Qur'an di panti jompo yang saya kunjungi)