Sabtu, 10 Maret 2012

Kunjunganku ke Tresna Werdha (Panti Jompo)


Kunjungan saya ke panti jompo atau tresna werda yang ada di salah satu kota Banjarbaru ini adalah kunjungan dinas luar pertama saya untuk tahun ini.
Tujuan kami (saya dan rekan kerja atas nama instansi di mana saya bekerja) mendatangi panti tersebut adalah untuk memberikan pembelajaran baca tulis al-qur’an bagi para penghuni panti yang beragama islam dan belum bisa baca tulis al-qur’an.
Setelah acara seremonial, kami melanjutkan kunjungan kami berikutnya di bulan berikutnya, untuk memonitor kegiatan tersebut.
Sewaktu saya dan rekan kerja memasuki kawasan panti jompo ini menuju Langgar di mana kegiatan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an bagi warga panti jompo ini, kami melewati jalan di mana kanan kiri jalan terdapat wisma yang seperti rumah kecil yang masing-masing rumah atau wisma tersebut terdiri dari beberapa kamar. Lingkungan komplek wisma tersebut sangat asri. Setiap wisma ada namanya yang ditempel di atas pintu wisma.
Ketika kami sampai di depan wisma kedua di deretan wisma-wisma tersebut, tiba-tiba bapak tua yang sedang duduk di depan wisma berdiri dan memberi  hormat kepada kami seolah kami adalah komandan atau atasannya. Kami membalas hormat bapak tua itu dengan tersenyum dan mengangguk. Tetapi bapak tua itu kelihatan marah dan mengomel dengan suara yang tidak jelas, jadi saya balas dengan mengangkat tangan membalas hormat bapak tua tersebut, tetap sambil tersenyum. Dalam hati saya berfikir mungkin bapak tua ini dulu adalah seorang pejuang yang hidup di masa penjajahan Jepang.
Dari 135 penghuni di panti tersebut, ada 28  orang dewasa yang belum bisa baca tulis al-qur’an. Dan dari 135 penghuni panti tersebut ada 10 orang yang mengalami gangguan jiwa, termasuk bapak tua yang memberi hormat kepada kami tadi.
Saya sangat kagum dengan semangat para peserta kegiatan pembelajaran ini yang notabene mereka adalah orang dewasa di usia senja namun masih mau belajar, sekaligus saya juga trenyuh dengan keadaan para penghuni panti jompo tersebut. Berulang kali terngiang pertanyaan di hati saya kemanakah anak atau sanak saudara mereka? Mengapa mereka menghabiskan sisa waktu hidupnya di panti jompo ini? Apa yang telah mereka lakukan di masa lalu sehingga mereka berada dip anti jompo ini? Bagaimana cara mereka mendidik putra-putri mereka sehingga mereka ada di panti ini? Bagaimana hubungan mereka dengan saudara-saudara mereka? Dan banyak lagi pertanyaan yang menyeruak di pikiran saya.
Karena waktu kami sedikit maka saya hanya sempat bertanya kepada tutor yang mengajar di panti tersebut. Padahal saya ingin mengobrol dengan salah satu atau beberapa bapak dan ibu yang usianya sudah lanjut yang menjadi peserta dalam pembelajaran baca tulis Qur’an tersebut.
Kata tutor tersebut bahwa mereka bisa ada di panti tersebut kebanyakan “dikirim’ oleh sanak saudara mereka. Kebanyakan dari mereka adalah dari luar kota Banjarbaru, dan kebanyakan mereka sebenarnya termasuk orang yang mampu. Terkadang mereka dikunjungi pihak keluarga sebulan sekali.
Saya masih belum puas dengan informasi yang saya dapat. Tetapi karena keterbatasan waktu jadi terpaksa saya harus menyimpan semua pertanyaan saya untuk bulan berikutnya, mudah-mudahan lebih banyak waktu yang saya punyai dari bulan kemarin.
Namun satu hal yang saya dapat dari kunjungan saya ini adalah betapa pentingnya keluarga, betapa pentingnya menjaga keutuhan keluarga, komunikasi, rasa sayang dan saling mengasihi ,  menanamkan sifat-sifat kasih sayang, perduli dan empati kepada anak-anak kami, juga pada diri pribadi saya dan suami.


Banjarbaru, awal Maret 2012. (Foto diatas adalah salah satu foto kegiatan pembelajaran baca tulis Qur'an di panti jompo yang saya kunjungi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar