Kamis, 28 Oktober 2021

POTRET PROFIL PELAJAR PANCASILA di SMA IT QARDHAN HASANA BANJARBARU (AKHLAK MULIA DUA SISWA PADA SEORANG TEMAN KELASNYA YANG TUNADAKSA/CACAT TUBUH)

 

Tulisan ini merupakan potret dari sudut pandang pribadi saya sebagai orang tua mengenai Profil Pelajar Pancasila yang tengah marak dipraktikkan dan disosialisasikan penerapannya. Berbagai program praktik baik Profil Pelajar Pancasila yang diselenggarakan oleh sekolah tentunya diharapkan dapat dirasakan hasilnya atau dampaknya tidak hanya untuk sekolah dan jangka pendek, namun untuk semua kalangan dan khususnya untuk anak-anak kita generasi penerus bangsa di jangka panjang ke depan.

Profil Pelajar Pancasila memiliki enam elemen yaitu: berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. Keenam elemen ini dilihat sebagai satu kesatuan yang saling mendukung dan berkesinambungan satu sama lain. Karakter pada elemen profil pelajar Pancasila dapat dibentuk melalui pembiasaan, keteladanan dan terporgram. Dalam mewujudkan karakter melalui pembiasaan dan terprogram pada Profil Pelajar Pancasila, salah satunya adalah dengan sekolah inklusi, di mana sekolah formal memiliki salah satu atau beberapa peserta didik atau siswa disabilitas. Banyak kebaikan atau manfaat yang didapat melalui sekolah inklusi ini, baik bagi guru, siswa-siswa yang normal, siswa yang disabilitas, dan orang tua. Di antara kebaikan tersebut yaitu dapat menumbuhkan empati, peduli, bersyukur, dan memberikan wawasan bagi masyarakat, baik yang di dalam sekolah maupun yang di luar sekolah.

Salah satu sekolah swasta (SMA Islam Terpadu) di Kota Banjarbaru yaitu SMA IT Qardhan Hasana memiliki seorang siswa tuna daksa yang mana kedua kakinya tumbuh tidak sempurna. Istilah tunadaksa berasal dari kata “tuna” dan “daksa”. Tuna yang berarti rusak atau cacat, dan daksa yang berarti tubuh. Definisi tunadaksa menurut Sutjihati Somantri adalah suatu keadaan yang terganggu atau rusak sebagai akibat dari gangguan bentuk atau hambatan pada otot, sendi dan tulang dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini bisa disebabkan oleh kecelakaan, penyakit atau juga bisa disebabkan karena pembawaan sejak lahir.

Kehadiran siswa tunadaksa yang kedua kakinya tumbuh tidak sempurna di sekolah tersebut memupuk akhlak mulia pada siswa lain yang memiliki tubuh sempurna. Siswa tunadaksa tersebut tidak diabaikan oleh teman-teman sekelasnya. Setiap hari, khususnya menjelang waktu sholat dhuhur dan sholat ashar, anak tersebut memiliki dua teman yang peduli dan siap membantu dia untuk melaksanakan sholat di masjid sekolah tersebut. Dua teman anak itu selalu membantu membawa anak tersebut ke masjid sekolah. Teman yang satu menaikkan teman yang tuna daksa ke punggung teman yang sudah siap jongkok untuk menggendong teman yang tunadaksa tersebut naik undakan /tangga masjid di lantai dua untuk melakukan sholat berjamaah. (lantai satu masjid adalah aula sekolah). Mereka bergantian membantu teman yang kurang beruntung tersebut.

Bagi saya pribadi sebagai orang tua, kehadiran siswa tunadaksa tersebut mengajarkan banyak hal kepada teman-teman lainnya yang normal tanpa banyak memberi ceramah atau teladan, menumbuhkan rasa syukur tanpa harus mengejek keadaan teman yang kurang beruntung, menumbuhkan empati dan peduli, dan menumbuhkan rasa gotong royong dalam membantu teman yang tunadaksa melalui hal kecil seperti membantu ke masjid yang dilakukan secara rutin yang akhirnya menjadi pembiasaan yang baik dan menjadi karakter pada siswa-siswa di sekolah tersebut.

Keberadaan siswa tunadaksa tersebut menumbuhkan dua Profil Pelajar Pancasila yaitu akhlak mulia dan gotong royong dari teman-teman lainnya yang normal.

Dari elemen kunci akhlak mulia yaitu:

Akhlak pribadi: Menyadari bahwa menjaga dan merawat diri penting dilakukan bersamaan dengan menjaga dan merawat orang lain dan lingkungan sekitarnya, Akhlak kepada manusia: Mengutamakan persamaan dan kemanusiaan di atas perbedaan serta menghargai perbedaan yang ada dengan orang lain.

Dari elemen kunci gotong royong yaitu:

Kolaborasi: bekerja bersama dengan orang lain disertai perasaan senang ketika berada bersama dengan orang lain dan menunjukkan sikap positif terhadap orang lain. (Dua teman yang selalu siap membantu teman yang tuan daksa: teman yang satu menaikkan teman yang tuna daksa ke punggung teman lainnya yang sudah siap berjongkok menggendong, yang satu menggendong teman yang tuna daksa tersebut dari naik tangga masjid ke lantai dua masjid sekolah).

Kepedulian: memperhatikan dan bertindak proaktif terhadap kondisi atau keadaan di lingkungan fisik sosial.

Melalui potret tanpa gambar atau foto pada tulisan mengenai Profil Pelajar Pancasila di SMA IT Qardhan Hasana di Kota Banjarbaru ini diharapkan membuka wawasan sekolah lain untuk mau menerima siswa yang berkebutuhan khusus di sekolah mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar